KOMPAS.com - Sleep apnea atau henti nafas saat tidur yang ditandai dengan dengkuran, telah lama dikenali sebagai salah satu faktor risiko terhadap stroke. Sebuah penelitian kecil yang dipresentasikan pada the American Stroke Association's International Stroke Conference 2012 memberikan pencerahan baru terhadap hubungan stroke dan mendengkur ini.
Penelitian yang dilakukan di University of Dresden, Jerman tersebut menyatakan bahwa penderita sleep apnea berat berisiko lebih tinggi untuk terkena silent stroke atau lesi kecil di otak. Penelitian terkini menunjukkan bahwa 1 dari 10 pasien stroke juga mendengkur dan menderita sleep apnea. Lebih jauh lagi, sleep apnea ditemukan juga pada lebih dari setengah pasien dengan stroke ringan yang secara klinis tidak menunjukkan gejala apa-apa (silent stroke).
Mengutip dr. Jessica Kepplinger, pemimpin penelitian ini; "Kita tahu bahwa sleep apnea merupakan salah satu faktor risiko dari stroke, tapi kami menemukan hasil yang amat mengejutkan. Sebanyak 91% pasien stroke akut ternyata mendengkur dan terdiagnosa dengan sleep apnea!"
Penelitian
Penelitian di University of Dresden menyertakan 56 pasien stroke iskemik akut (stoke yang disebabkan penyumbatan pembuluh darah). Para pasien dilakukan pemeriksaan tidur di laboratorium tidur. Penderita dengan indeks henti nafas (AHI) lebih dari 5 kali per jam dinyatakan positif menderita sleep apnea.
Para peneliti juga menggunakan MRI dan CT scan untuk melihat sumbatan pada pembuluh darah penderita. Beberapa pasien yang mengalami sumbatan-sumbatan pada otaknya namun tidak mengeluhkan gejala apa pun digolongkan sebagai penderita silent stroke.
Hasilnya, 51 (91%) pasien ternyata menderita sleep apnea. 29% terdiagnosa dengan sleep apnea berat, sementara 30% lagi termasuk sedang. Sementara 58% pasien silent stroke menderita sleep apnea berat. Disimpulkan juga oleh para peneliti bahwa semakin parah sleep apnea yang diderita akan semakin besar juga kemungkinan menderita silent stroke.
Semakin parah derajat sleep apnea juga meningkatkan risiko tingkat keparahan cacat pasca stroke.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini seharusnya mengetuk kesadaran kita akan pentingnya kesehatan tidur khususnya masalah mendengkur. Di kalangan medis sendiri kepekaan akan sleep apnea sudah harus ditingkatkan hingga pemeriksaan penyaring dilakukan pada pasien stroke. Sementara kenyataan saat ini, tak banyak pasien stroke yang diperiksakan tidurnya.
Padahal pemeriksaan mendasar sleep apnea amatlah mudah, tanyakan pada keluarga tentang kebiasaan mendengkur pasien. Para peneliti juga menyarankan pada kalangan medis agar memeriksakan dan merawat sleep apnea sama seperti faktor risiko stroke lainnya, misal tekanan darah tinggi.
dr Andreas Prasadja, RPSGT
Praktisi Kesehatan Tidur, Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine.